MERAIH KEPUASAN PELANGGAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS JASA
HERBI
01.13.3140
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Semester VII, Kelompok 5
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone
ABSTRAK
Dalam
penyajian karya ilmiah ini penulis membahas tentang peningkatan kualitas jasa
untuk meraih kepuasan pelanggan. Salah satu cara meraih kepuasan pelanggan
adalah dengan meningkatkan kualitas jasa. Kulitas pelanggan jasa adalah faktor
pendukung utama bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa, dimana dengan
adanya kualitas jasa yang baik tentu akan membantu perusahaannya meraih dan
meningkatkan kepuasan pelanggannya. Pihak hotel harus mengembangkan strategi
jasa yang berorientasi pada konsumen (customer oriented). Untuk itu
pihak hotel harus meningkatkan kepuasan konsumen dengan memperbaiki kualitas
jasa yang meliputi lima aspek penting
yaitu : tangibels, reliability, responsiviness, assurance, dan empathy
dengan memberikan jasa yang terbaik kepada konsumen dimana nantinya akan
memberikan suatu nilai kepuasan pada konsumen.
Kata
Kunci : Kualitas, Jasa, Kepuasan, Pelanggan
Kualitas jasa, kepuasan pelanggan
PENDAHULUAN
Bisnis
adalah suatu kata yang populer dalam kehidupan sehari-hari. Tiap hari jutaan
manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai produsen, perantara maupun sebagai
konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain yang bergerak dalam kegiatan
bisnis berhasil membuat keuntungan dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin
lama makin meningkat. Dalam zaman modern sekarang ini dunia bsnis semakin
kompleks, dan membutuhkan banyak waktu bagi mereka yang ingin mempelajarinya
serta mempraktekkan sampai berhasil.[1]
Sekarang
ini dalam zaman globalisasi, dunia yang makin transparan kita lihat bagaimana
hebatnya persaingan bisnis perusahaan nasional, multinasional, perang ekonomi
lewat perdagangan antar bangsa, yang saling berebut untuk menguasai pasar dunia
dalam bidang barang dan jasa. Oleh sebab itu, kita harus mulai mengembangkan
dan mencurahkan perhatian untuk membina generasi muda yang tanggap akan
informasi bidang bisnis, semakin banyak kita mengetahui seluk beluk dunia
bisnis maka semakin banyak peluang bagi kita untuk berhasil dan menggali
keuntungan dari pengalaman-pengalaman tersebut.[2]
Menjadi
organisasi yang fokus pada konsumen adalah pilihan strategis bagi industri dan
dunia usaha agar mampu bertahan ditengah situasi lingkungan ekonomi yang
memperlihatkan kecenderungan fluktuasi curam perubahan demi perubahan, persaingan
tinggi, dan semakin canggihnya kualitas hidup. Salah satu cara dengan
menciptakan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas, karena pelanggan
adalah fokus utama ketika kita mengungkap tentang kepuasan dan kualitas jasa.[3]
Kualitas memiliki hubungan yang erat
dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan
untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka
panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan
seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan
pengalaman pelanggan yang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan
dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang
memberikan kualitas memuaskan.[4]
Seperti
yang kita ketahui bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek vital
untuk bertahan dan memenangkan persaingan, namun tidaklah gampang untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pelanggan yang dihadapi saat
ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa dasawarsa lalu. Kini pelanggan
semakin terdidik dan memahami akan kualitas, jadi tidak realistis bila suatu
perusahaan mengharapkan tidak ada pelanggan yang tidak puas. Namun tentu saja
setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan
memberikan pelayanan yang semakin hari semakin baik. Dan perusahaan juga harus
memerhatikan konsumen yang merasa tidak puas.[5]
Memuaskan
pelanggan sangat penting karena penjualan perusahaan setiap saat berasal dari
dua kelompok yaitu pelanggan baru dan pembeli ulang (repeat customer).
Selalu lebih sulit untuk menarik pelanggan baru dari pada mempertahankan
pelanggan lama. Oleh karena itu, mempertahankan pelanggan lebih penting dari
pada memikat pelanggan.[6]
Bila perusahaan menyadari bahwa pelanggan setia mungkin akan memberikan
pemasukanyang cukup lumayan tahun demi tahun, maka sangat disayangkan untuk
mengambil resiko kehilangan pelanggan dengan mengabaikan keluhan pelanggan.
Perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan mengamati tingkat kepuasan
pelanggannya disetiap periode dan menetapkan sasaran peningkatan. Karena
kepuasan pelanggan merupakan indikator terbaik tentang laba masa depan
perusahaan.[7]
Pemikiran
yang berorientasi kepada pelanggan mengharuskan perusahaan untuk secara cermat
menentukan kebutuhan konsumen dari sudut pandang konsumen, bukan dari sudut
pandangnya sendiri. Setiap produk melibatkan pengorbanan (trade off) dan
manajemen tidak dapat mengetahui hal ini tanpa berbicara dengan konsumennya
serta melakukan penelitian terhadap mereka. Perusahaan harus berusaha
menanggapi keinginan dari para konsumen dan dapat meningkatkan kualitas
jasanya.
PEMBAHASAN
A.
Kualitas
Jasa
1.
Pengertian
Kualitas Jasa
Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas jasa dengan
tepat. Akan tetapi umumnya kualitas dapat dirinci. Dalam perspektif TQM (Total
Quality Mangement), kualitas dipandang secara lebih luas , dimana tidak
hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses
lingkungan, dan manusia. Hal ini jelas tampak dalam definisi yang dirumuskan Goetsh dan Davis (1994), yaitu bahwa kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.[8]
Kualitas produk (jasa) adalah sejauh mana produk (jasa) memenuhi
spesifikasi-spesifikasinya. Kualitas menurut ISO 9000 adalah derajat yang
dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Persyaratan
dalam hal ini adalah kebutuhan atau harapan yang dinyatakan, biasanya tersirat
atau wajib. Jadi kualitas sebagaimana yang
diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan antara sifat dan
karakteristik yang menentukan sejauh maan keluaran dapat memenuhi persyaratan
kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan menilai sampai seberapa jauh
sifat dan karakteristik itu memenuhi
kebutuhannya.[9]
Sedangkan definisi jasa yang banyak dikutip dalam literatur
pemasaran jasa adalah versi Kotler and Keller (2009), yaitu setiap tindakan
atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang
pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu.[10]
Konsep kualitas sendiri pada dasarnya bersifat relatif, yaitu
tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan
spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya
konsisten satu sama lain, yaitu persepsi konsumen, produk jasa, dan proses.
Untuk yang berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan
dengan jelas, bahkan produknya adalah proses itu sendiri. Konsistensi kualitas
suatu jasa untuk ketiga orientasi tersebut dapat memberi kontribusi pada
keberhasilan suatu perusahaan ditinjau dari kepuasan pelanggan, kepuasan
karyawan, dan profibilitas organisasi. [11]
Hal tersebut apabila dianalisis lebih jauh hubungan antara kualitas
dan keuntungan jangka panjang terlihat dalam dua hal, yaitu faktor keuntungan
eksternal yang diperoleh dari kepuasan pelanggan dan keuntungan internal yang
diperoleh dari adanya perbaikan efisiensi produk.
Menurut John Svikola dalam Danang Sunyoto, keuntungan eksternal
yang dimaksud dapat diimplikasikan dalam proses produksi suatu barang (jasa),
yaitu dimana kualitas produk (jasa) yang diberikan oleh perusahaan dapat
emnciptakan suatu persepsi positif dari pelanggan terhadap perusahaan dan
menghasilkan suatu kepuasan serta loyalias pelanggan. Sementara itu, yang
dimaksud dengan keuntungan internal tampak pada saat bersamaan dengan
diperolehnya keuntungan internal tampak pada saat bersamaan diperolehnya
keuntungan eksternal, dimana fokus perusahaan pada kualitas dapat membawa nilai
positif internal perusahaan dalam proses peningkatan (misalnya, peningkatan
desain produk dan kontrol material, penggunaan bahan baku yang efisien,
penguranga kegiatan reproduksi, dan sebagainya). Adanya komitmen atas kedua
kualitas tersebut dapat membentuk suatu kontinuitas proses peningkatan dan
pembelajaran secara eksternal dan internal yang efisien, misalnya dengan
menciptakan penurunan biaya operasi.
Dalam mempertahankan karakter dan komitmen kualitas produk dan jasa
yang baik tersebut, kita harus mengerti akan pergerakan poduk (jasa). Seberapa
besar toleransi biaya yang harus dikeluarkan seberapa besar kualitas telah
dinyatakan cukup memuaskan. Menurut Joseph Juran dalam Bukunya Quality
Control Handbook, kualitas dapat diartikan sebagai biaya yang dapat
dihindari dan yang tidak dapat dihindari. Yang termasuk dalam biaya yang dapat
dihindari misalnya adalah biaya akibat kegagalan produk, biaya yang dikeluarkan
untuk jam kerja buruh akibat adanya pekerjaan ulang yang harus dilaksanakan,
biaya perbaikan produk, biaya yang dikeluarkan untuk suatu proses karena adanya
keluhan pelanggan. Sementara itu, yang termasuk dalam biaya yang tidak dapat
dihindari misalnya biaya inspeksi operasional produk, proses pengambilan contoh
(sampling), proses penyortiran, dan kegiatan pengawasan kualitas
lainnya.[12]
2.
Dimensi
Kualitas Jasa
Berdasarkan
penelitian Parasuraman et.al yang telah mengembangkan suatu alat ukur kualitas
jasa yang disebut SERVQUAL (service quality), ada lima dimensi kualitas
jasa, yaitu[13]
:
a.
Berwujud
Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan
sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan
sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang dapat diandalkan keadaan
lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata
dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi
fasilitas fisik (contohnya gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan
peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
b.
Keandalan
Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja
harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan
yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,sikap yang simpatik, dan dengan
akurasi yang tinggi.
c.
Ketanggapan
Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kebijakan untuk
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada
pelanggan, dengan peyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
d.
Jaminan dan
kepastian
Jaminan dan kepastian (assurance) yaitu pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara
lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.
e.
Empati
Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepda para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi
pelanggan.[14]
KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar
1.1
Kerangka
Pikir
|
Tangibels
|
Reliability
|
|
Kepuasan Konsumen
|
Responsiviness
|
Kualitas Jasa
|
|
Assurance
|
Empathy
|
Berdasarkan
gambar skema di atas, dapat dipahami bahwa kualitas jasa terbagi atas lima,
yaitu berwujud, keandalan, ketanggapan, jaminan dan kepastian, empati. Kelima
dimensi tersebut, baik buruknya akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Dengan adanya kualitas jasa yang baik dan terpenuhinya kelima dimensi kualitas
jasa maka kepuasan pelanggan akan mudah terwujudkan.
3.
Strategi
Peningkatan Kualitas Jasa
Meningkatkan
kualitas jasa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan atau saklar lampu.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan secara cermat, karena upaya
penyempurnaan kualitas jasa berdampak signifikan terhadap budaya organisasi
secara keseluruhan. Di antara berbagai faktor yang perlu mendapatkan perhatian
utama adalah :
a.
Mengidentifikasi
determinan utama kualitas jasa
Setiap penyediaan jasa wajib berupaya
menyampaikan jasa berkualitas terbaik kepada para pelanggan
sasarannya. Upaya ini membutuhkan proses mengidentifikasi determinan atau
faktor penentu utama kualitas jasa berdasarkan sudut pandang pelanggan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan riset untuk mengindentifikasi determinan jasa yang paling penting
bagi pasar sasaran dan memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran
terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui posisi relatif
perusahaan di mata pelanggan dibandingkan para pesaing, sehingga perusahaan
dapat memfokuskan upaya peningkatan kualitasnya pada determinan-determinan
tersebut.
b.
Mengelola
harapan pelanggan
Tidak jarang sebuah perusahaan berusaha
melebih-lebihkan pesan komunikasinya kepada pelanggan dengan tujuan memikat
sebanyak mungkin konsumen. Hal seperti ini dapat menjadi “bumerang” bagi
perusahaan. Semakin
banyak janji yang diberikan, maka semakin besar pula harapan pelanggan yang
pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat terpenuhinya harapan pelanggan
oleh perusahaan.
c.
Mengelola
bukti (evidence) kualitas jasa
Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk
memperkuat persepsi konsumen selama dan sesudah jasa disampaikan. Oleh karena
jasa merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang
fisik, maka pelanggan cenderung memperhatikan dan mempersepsikan fakta-fakta
yang berkaitan dengan jasa sebagai bukti kualitas.
d.
Mendidik
konsumen tentang jasa
Membantu pelanggan dalam memahami sebuah jasa
merupakan upaya positif untuk mewujudkan proses penyampaian dan pengkonsumsian
jasa secara efektif dan efisien. Pelanggan yang lebih terdidik akan dapat
mengambil keputusan secara lebih baik. Oleh karenanya kepuasan mereka dapat
tercipta lebih tinggi.
e.
Menumbuhkembangkan
budaya kualitas
Kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang
menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan
kualitas secara terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi,
keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang
meningkatkan kualitas.
f.
Menciptakan
automating quality
Adanya otomatisasi dapat mengatasi variabilitas
kualitas jasa yang disebabkan kurangya sumberdaya manusia yang dimiliki
organisasi. Akan tetapi, sebelum memutuskan akan melakukan otomasisasi, penyediaan
jasa wajib mengkaji secara mendalam aspek-aspek yang membutuhkan sentuhan
manusia dan elemen-elemen yang memerlukan otomasisasi.
g.
Menindaklanjuti
jasa
Penindaklanjutan jasa diperlukan dalam rangka
menyempurnakan atau memperbaiki aspek-aspek jasa yang kurang memuaskan dan
mempertahankan aspek-aspek yang sudah baik.
Perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk menghubungi sebagian atau semua
pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi mereka terhadap jasa
yang diberikan. Perusahaan dapat pula memberikan kemudahan bagi para pelanggan
untuk berkomunikasi, baik menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka.
h.
Mengembangkan
sistem informasi kualitas jasa
Sistem
informasi kualitas jasa merupakan suatu sistem yang menggunakan berbagai macam
pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan
informasi kualitas jasa guna mendukung pengambilan keputusan. Informasi
dibutuhkan mencakup segala aspek, yaitu data saat ini dan masa lalu,
kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi mengenai
perusahaan dan pelanggan.[15]
4.
Pengukuran
Kualitas Jasa
Kualitas jasa dipengaruhi dua variabel, menurut Rangkuti (2002: 21)
kedua variabel tersebut yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa
yang diharapkan (expected service). Pengukuran kualitas jasa lebih sulit
dibandingkan dengan mengukur kualitas produk nyata, sebab atribut yang melekat
pada jasa tidak mudah untuk diidentifikasi. Langkah-langkah yang harus diambil
dalam mengukur kualitas jasa adalah:
1.
Spesifikasi
determinan kualitas jasa.
Langkah ini
menyangkut variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa.
2.
Perangkat
standar kualitas jasa yang bisa diukur.
Kualitas jasa
yang dimaksud adalah menyangkut tentang standar atau instrument kualitas jasa
yang bisa digunakan untuk mengukur variabel.
Penelitian mengenai custumer perceived quality pada industri jasa yang dilakukan oleh Leonard L Berry, A Parasuraman dan Valerie A Zeithaml 1985, 1988 (Rangkuti, 2002: 22) mengidentifikasi lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu:
Penelitian mengenai custumer perceived quality pada industri jasa yang dilakukan oleh Leonard L Berry, A Parasuraman dan Valerie A Zeithaml 1985, 1988 (Rangkuti, 2002: 22) mengidentifikasi lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu:
a.
Kesenjangan
tingkat harapan konsumen dan persepsi manajemen. Pada kenyataannya pihak
manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan atau memahami secara
tepat apa yang diinginkan oleh para pelanggannya. Akibatnya manajemen tidak
mengetahui bagaimana produk-produk jasa didesain dan jasa-jasa pendukung
(sekunder) apa saja yang diinginkan oleh konsumen.
b.
Kesenjangan
antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Kadang kala manajemen
mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka
tidak menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena tiga
faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa,
kurangnya sumber daya, atau karena adanya kelebihan permintaan.
c.
Kesenjangan
antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Ada beberapa penyebab
terjadinya kesenjangan ini, misalnya karyawan kuarang terlatih, beban kerja
yang melampaui batas, ketidak mampuan memenuhi standar kerja, atau bahkan
ketidakmauan memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.
d.
Kesenjangan
antara penyampaian jasa komunikasi eksternal. Seringkali tingkat kepentingan
pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh
perusahaan. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan apabila janji tidak dipenuhi
akan menyebabkan persepsi negatif terhadap kualitas jasa perusahaan. Kesenjangan
antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi
apabila pelanggan mengukur kinerja atau persepsi perusahaan dengan cara yang
berbeda, atau bila pelanggan keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
e.
Gap antara jasa
yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.
Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan
dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa
tersebut.[16]
Pemerolehan
kedua hal diatas akn berbeda-beda,tergantung pada fokus yang digunakan, yaitu :
1.
Jasa kontak
rendah (seperti restoran fast-food) atau jasa kontak tinggi (misalnya
perawatan medis)
2.
Proses atau
output
Adapun
jasa yang diberikan, dalam kaitannya dengan kualitas, akan bermanfaat bila
dikaitkan dengan dua pertanyaan pokok berikut :
1.
Apa yang
seharusnya diberikan jasa tersebut ?
2.
Apa yang
sungguh-sungguh telah diberikan jasatersebut ?
Galileo Galilei
pernah mengungkapkan suatu pernyataan
yang menarik untuk simak yaitu count what is countable, measure what is
measurable, and what is not measurable make measurable. Meskipun sukar,
kualitas jasa dapat diukur dengan berbagai macam cara.
Langkah pertama
dalam setiap program penilaian kualitas adalah menentukan apa yang diukur.
Suatu pengukuran memang hanya akan efisien bila telah dipahami apa yang akan
diukur sebelum bertanya bagaimana mengukurnya. Dalam hal ini tentu saja setiap
perusahaan jasa memiliki pandangan sendiri-sendiri. Meskipun demikian
kriteria-kriteria pokok penilaian pelanggan telah banyak diteliti dan
diungkapkan, yang meliputi produk dasar suatu jasa dan penawaran jasayang
diperluas.
Menurut
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry ada 5 dimensi kualitas jasa yaitu tangibels,
reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Oleh Gronroos (1988)
kelima dimensi ini ditambah satu lagi yaitu recovery (tindakan
perusahaan untuk mengkompensasi kerugian
pelanggan).
Untuk
menerapkan lima dimensi kualitas Parasuraman dan kawan-kawan ke dalam organisas
jasa dibutuhkan definisi speifik dan behavioral. Misalnya, apa definisi
reliabilitas jasa X untuk membedakannya dengan jasa Y ? bagaimana perbedaan
jaminan antara jasa X dan jasa Y ? apa yang dapat dilakukan suatu perusahaan
untuk menunjukkan rasa empatinya ?
Mengukur
kualitas jasa berarti mengevaluasi atau membandingkan kinerja suatu jasa dengan
seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Untuk model
pengukuran Parasuraman dan kawan-kawan, telah dibuat sebuah skala multi-item
yang diberi nama SERVQUAL. Alat ini dimaksudkan untuk mengukur harapan dan
persepsi pelanggan, dan kesenjangan (gap) yang ada di model kualitas jasa.
Pengukuran dapat dilakukan dengan skala Likert maupun semantik diferensial,
dimana responden tinggal memilih derajat kesetujuan/ ketidaksetujuan atas
pernyataan mengenai penyampaian kualitas jasa.
Dalam Apendiks
2 disajikan kutipan daftar pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kualitas jasa. Daftar tersebut dikutip dari Cronin dan Taylor (1992) dan dapat
dipergunakan untuk pengukuran berdasarkan beberapa alternatif berikut :
Skor kualitas jasa
= (skor kinerja – skor
harapan)
|
Skor
kualitas jasa= skor derajat kepentingan x (skor kinerja-skor harapan)
|
Skor kualitas jasa = Skor derajat kepentingan x
(skor kinerja)
|
Skor kualitas jasa
= (skor kinerja)
|
Pengukuran kualitas jasa harus dilakukan dan disempurnakan secara
periodik. Jadi, tidak berarti koesioner yang sama diulang-ulang terus setiap
waktu, tetapi dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi masalah yang
dihadapi. Ada enam pertanyaan pokok yang perlu dijawab setiap kali perusahaan
ingin melaukan pengukuran kualitas jasa yaitu : mengapa harus mengukur kualitas
? apa yang harus diukur ? bagaimana mengukurnya ? kapan pengukuran itu
dilakukan? Siapa yang harus mengukur ? dan bagaimana perusahaan memanfaatkan
hasil pengukuran tersebut ?[17]
B.
Kepuasan
Konsumen
1.
Pengertian
Kepuasan Konsumen
Dewasa ini perhatian terhadap
kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan telah semakin besar. Kini semakin
banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen,
menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan
pelanggan.[18]
Pada dasarnya
tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas.
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya
hubungan antara hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis,
memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulit ke mulut (word of
mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.
Pada dasarnya
kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil
yang dirasakan.[19]
Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun kompleks dan
rumit. Dalam hal ini peranan setiap individu dalam service encounter
sagatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara baik, maka perlu dipahami
sebab-sebab kepuasan. Pelanggan tidak Cuma lebih banyak kecewa pada jasa dari pada barang, tetapi mereka
juga jarang mengeluh. Salah satu alasannya adalah karena mereka juga ikut
terlibat dalam proses penciptaan jasa. Bila saran dari suatu perusahaan
konsultan menyebabkan semakin buruknya kinerja perusahaan kliennya kita tidak bisa
langsung meletakkan segala kesalahan
pada pihak konsultan. Mungkin saja itu dikarenakan kliennya tidak menyampaikan
atau tidak memberitahukan degan jelas dan lengkap segala aspek perusahaannya
yang bisa mempengaruhi pengabilan keputusan dan hasil pencapaian.
Banyak pakar
yang memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan. Day dalam Fandy Tjiptono
menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan anatar harapan
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya. Engel, et.al (1990) dalam Fandy Tjiptono
megungkapkan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan evaluasi pembeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi
harapan pelanggan. Sedangkan pakar pemasaran Kotler (1994) dalam Fandy Tjiptono
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya.
Ada kesamaan diantara beberapa
definisi diatas, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan
kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan
atau keyakinan pelanggan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia
membeli atau mengkonsumsi suatu produk (arang atau jasa). Sedangkan kinerja
yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah
mengonsumsi produk yang dibeli.[20]
2.
Harapan
pelanggan
Harapan pelanggan diyakini mempunyai
peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan
kepuasan pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan
kualitas dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan
menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian harapan
pelangganlah yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada bisnis yang sama
dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Dalam konteks kepuasan pelanggan,
umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang
akan diterimanya.[21]
Harapan
pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengalaman
berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan
janji-janji perusahaan dan para pesaing. Faktor-faktor tersebutlah yang
menyebabkan harapan seseorang biasa-biasa saja atau sangat kompleks. Sebelum
menggunakan suatu jasa, pelanggan sering memiliki empat skenario jasa yang
berbeda mengenai apa yang bakal dialaminya, yaitu jasa ideal, jasa yang
diantisipasi atau diharapkan, jasa yang selayaknya diterima, jasa minimum yang
dapat ditoleransi.
Pelanggan bisa berharap dari keempat skenario tersebut
sebagaimana telah dijelaskan di bagian awal, harapan membentuk kepuasan. Karena
apabila jasa minimum yang dapat ditoleransi yang diharapkan, lalu yang terjadi
sama dengan atau bahkan melampaui
harapan tersebut, maka akan timbul kepuasan. Sebaliknya apabila yang
diharapkan jasa ideal, maka bila yang terjadi kurang dari harapan tersebut,
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan.[22]
Dengan
demikian, maka harapan pelanggan berpengaruh terhadap kepuasan, yaitu :
a.
Semakin dekat
harapan jasa yang diharapakan dengan jasa minimum yang dapat diterima, semakin
besar pula kemungkinan tercapainya kepuasan.
b.
Pelanggan yang
puas bisa berada dimana saja dalam spektrum ini. Yang menentukan posisinya
adalah posisi hasil yang diharapkan.
Kadangkala pelanggan memandang apa
yang selayaknya ia terima, walaupun itu berada di tingkatan yang rendah.
Misalnya, seorang pasien mungkin meyakini bahwa tingkat minimal yang selayaknya
diterimanya adalah selamat dari suatu operasi. Keyakinan pelanggan yang kuat
tentang apa yang terjadi apa yang sepatutnya ia terima, bisa dikarenakan dua
faktor. Pertamina, dari jaminan yang diberikan penyedia jaa. Kedua, dari
pemakaian jasa sebelumnya. Kedua faktor ini berpengaruh terhadap harapan
pelanggan yang kemudian bisa meningkatkan ketidakpuasannya bila jasa yang
disampaikan tidak memenuhi harapan tersebut.[23]
3.
Tingkat
kepuasan pelanggan
Pergeseran
konsep organisasi sejajarnya fungsi pemasaran, keuangan, produksi, personalia,
dan lain-lain ke pemasaran sebagai fokus organisasi pada akhirnya menjadi visi
organisasi, yaitu menuju kepada kepuasan
pelanggan (customer orieted
organization) kepuasan pelanggan menjadi inti sebuah bisnis di mana
pemasaran yang dan penjualan sebagai kendali yang lain.
Bila kita
mellihat dari arti kata kualitas yang memberi manfaat secara funsional dan
emosional seperti status, gengsi, love
to, popularitas, dan aspek-aspek lain yang tercantum dalam motif pembelian
calon pelanggan, maka kepuasan pelanggan akan tercapai bila terjadi
keseimbangan antara manfaat yang diterimanya dengan biaya yang telah
dikorbankan pelanggan untuk mendapatkan produk tersebut. Tingkat kepuasan
pelanggan bisa terwujud dengan teori keseimbangan antara manfaat dan
pengorbanan yang ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut :
≥ 1 =
≥ 1
Keterangan:
SV =
nilai kepuasan pelanggan
Total Benefit = total manfaat yang
diterima oleh pelanggan baik yang bersifat fungsional (FV) ataupun yang
bersifat emosional (EV)
FV = manfaat bersifat rational buying motive, yaitu segala
manfaat yang bisa diukur , dirasakan secara langsung, dihitung secara
numerikal, diterima dampaknya, dan hal-hal yang dapat diterima secara rasional.
EV = manfaat yang tidak
dapat diukur dengan cara rasional, misalnya status, gengsi, citra, popularitas,
dan lain-lain.[24]
4.
Ketergantungan
pada konsumen
Khususnya untuk produk industri,
ketergantungan pada satu konsumen atau kelompok konsumen besar terjadi. Risiko
disini adalah jika konsumen tersebut memilih untuk tidak membeli lagi barang
kita dan pindah ke pesaing kita. Untuk meminimalkan risiko sebaiknya pembeli
harus terdiversifikasi dengan baik dan jangan membatasi diri padasatu konsumen
atau sekelompok konsumen juga.
Perlu kita seimbangkan antara risiko dan cara untuk meminimalkan
risiko dengan hasil yang akan didapat. Kalau ternayat hasil yang didapat tidak
lebih besar dari pada biaya yang perlu dikeluarkan untuk meminimalkan risiko,
maka secara keseuruhan perusahaan bisa jadi merugi.[25]
Risiko
|
Keuntungan
yang dihasilkan
|
Minimalkan Risiko
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepuasan pelanggan adalah faktor utama penentu suksesnya suatu
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menigkatkan kualitas jasa. Dalam mempertahankan karakter dan komitmen
kualitas produk dan jasa yang baik tersebut, perusahaan harus mengerti akan
pergerakan poduk (jasa). Untuk itu pihak hotel harus meningkatkan kepuasan
konsumen dengan memperbaiki kualitas jasa
yang meliputi lima aspek penting yaitu : tangibels, reliability,
responsiviness, assurance, dan empathy dengan memberikan jasa yang
terbaik kepada konsumen dimana nantinya akan memberikan suatu nilai kepuasan
pada konsumen.
Banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan secara cermat, karena upaya penyempurnaan
kualitas jasa berdampak signifikan terhadap budaya organisasi secara
keseluruhan. Di antara berbagai faktor yang perlu mendapatkan perhatian utama
adalah :
1.
Mengidentifikasi
determinan utama kualitas jasa
2.
Mengelola
harapan pelanggan
3.
Mengelola
bukti (evidence) kualitas jasa
4.
Mendidik
konsumen tentang jasa
5. Menumbuhkembangkan budaya kualitas
6. Menciptakan automating quality
7.
Menindaklanjuti
jasa
8.
Mengembangkan
sistem informasi kualitas jasa
Pencapaian
kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun kompleks dan rumit.
Dalam hal ini peranan setiap individu dalam service encounter sagatlah
penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat mengetahui
tingkat kepuasan pelanggan secara baik, maka perlu dipahami sebab-sebab
kepuasan.
Harapan
pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk
(barang dan jasa) dan kepuasan pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan yang erat
antara penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya,
pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan
demikian harapan pelangganlah yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada
bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya.
Tingkat
kepuasan pelanggan bisa terwujud dengan teori keseimbangan antara manfaat dan
pengorbanan yang ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut :
≥ 1 =
≥ 1
B.
Saran
Sebaiknya kualitas jasa ditingkatkan demi kepuasan konsumen dengan
memerhatikan kelima dimensi kualitas jasa. Pengukuran kualitas jasa harus
dilakukan dan disempurnakan secara periodik. Jadi, tidak berarti koesioner yang
sama diulang-ulang terus setiap waktu, tetapi dikembangkan dan disesuaikan
dengan situasi masalah yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buckhari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah.
Cet.I; Bandung: Alfabeta, 2009.
Hendro. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama: Gelora Aksara Pratama, 2011.
Johan, Suwinto. Studi Kelayakan
Pengembangan Bisnis. Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Kotler &
Keller “Marketing Management” dalam Fandy Tjiptono, Service Marketing. Yogyakarta:
Markenis, 2009.
Sunyoto, Danang dan Fathonah Eka Susanti. Manajemen Pemasaran Jasa. Cet. I;
Jakarta: CAPS, 2015.
Sunyoto, Danang
dan Fathonah Eka Susanti. Manajemen Pemasaran Jasa. Cet. I; Yogyakarta:
CAPS,2015.
Tjiptono, Fandy. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset, 2004),
Ed.III, h. 54
_______. Manajemen Jasa. Yogyakarta:
Andi Offset,2004.
_______. Strategi Pemasaran. Yogyakarta:
Andi Offset, 2008.
Wisana, Jaka. Manajemen Pemasaran. Cet.IV; Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 1996.
[1]Buckhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Cet.I;
Bandung: Alfabeta, 2009), h. 115.
[2]Buckhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah h.
117.
[3]Danang Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa,
(Cet. I; Yogyakarta: CAPS,2015), h. 275.
[4]Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004),
Ed.III, h. 54
[5]Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, h. 146.
[6]Jaka Wisana, Manajemen Pemasaran (Cet.IV; Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 1996), h. 24.
[7]Jaka Wisana, Manajemen Pemasaran h. 25.
[8]Fandy
Tjiptono, Manajemen Jasa (t.c; Yogyakarta: Andi Offset,2004), h. 51
[9]Danang Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen
Pemasaran Jasa (Cet. I; Jakarta: CAPS, 2015), h. 284
[10]Kotler
& Keller “Marketing Management” dalam Fandy Tjiptono, Service Marketing,
(t.c; Yogyakarta: Markenis, 2009), h. 4
[11]Danang
Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa h. 284.
[12]Danang
Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa h. 285.
[13]Danang
Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa h. 288.
[14]Danang Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Manajemen Pemasaran Jasa h. 289
[15]Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa h. 89
[16]Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa h. 81
[17]Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa h. 97.
[18]Fandy
Tjiptono, Strategi Pemasaran (t.c; Yogyakarta: Andi Offset, 2008), h. 24.
[19]Fandy
Tjiptono, Strategi Pemasaran h. 25.
[20]Fandy
Tjiptono, Manajemen Jasa h. 146-147
[21]Fandy
Tjiptono, Strategi Pemasaran h. 28.
[22]Fandy
Tjiptono, Manajemen Jasa h. 151.
[23]Fandy
Tjiptono, Manajemen Jasa h. 152-153.
[24]Hendro, Dasar-Dasar Kewirausahaan (Jakarta: Gelora Aksara Pratama:
Gelora Aksara Pratama, 2011), h. 429.
[25]Suwinto Johan, Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis (Cet. I;
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011). h. 151.
Casino 2021 - Mapyro
BalasHapusHotel deals on 김천 출장샵 Casino 2021 - Get directions, reviews 경산 출장마사지 and information for Casino at Bow 안양 출장안마 and Arrow 777 Casino Drive, Bow and 경산 출장안마 Arrow 777 in Bow and Arrow 군산 출장마사지 777