Perbandingan
Motif Permintaan Uang Antara
Islam
Dengan Konvensional
Kasmia
(01.133.136) Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah semester VII, Kelompok 5
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Watampone
Email : Miaqhomariah20@gmail.com
ABSTRAK
Di dalam
perekonomian modern dimana tingkat spesialisasinya tinggi, uang sangat penting
peranannya untuk melancarkan kegiatan ekonomi dan transaksi atau jual
beli.tingkat spesialisasi yang tinggi hanya mungkin wujud apabila pertukaran
dilkukan menggunakan uang karena dengan ini pemilik uang dengan mudah membeli
keperluan yang mereka perlukan. Didalam suatu permintaan uang tentu kita harus
mengetahui terlebih dahulu pada permintaan uang dahulu berdasakan
konvensional dimana pada teori
permintaan uang konvensional, suku bunga merupakan biaya yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku individu dalam mengelola uang kas riilnya. Pendapatan riil
merupakan sumber utama bagi seorang
individu untuk membiayai pengeluaran mereka, ekspektasi terhadap besarnya
pengeluaran akan dipenuhi dengan sejumlah uang kas yang siap bayar. Perbedaan
dalam penggunaan variabel pengganti biaya untuk memegang kas inilah yang akan
membedakan diantara teori permintaan uang yang ada.
Kata Kunci: motif, Perbandingan
PENDAHULUAN
Teori permintaan
uang pada hakikatnya merupakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang
sifatnya terbatas. Seorang yang memegang uang akan dihadapkan pada keuntungan
dan kerugian dari kepemilikan suatu bentuk kekayaan. Keuntungan seseorang yang memegang
uang kas akan mendapatkan tingkat liquiditas yang dapat dibelanjakan, namun ia
akan dihadapkan pada kemungkinan hilangnya peluang untuk mendapatkan uang seandainya uang
tersebut diinvestasikan dalam kegiatan yang produktif.[1] Didalam
suatu permintaan uang tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu pada
permintaan uang dahulu berdasakan konvensional. Dan didalam teori permintaan
dari versi Keynes pada umumnya menerangkan tiga hal utama, yaitu: (1)
Tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan uang); (2) Faktor-faktor
yang menentukan tingkat bunga; (3) Efek perubahan penewaran uang terhadap
kegiatan ekonomi negara. [2]
Landasan pilosofi
dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam mengarahkan sumber-sumber
daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efesien. Permintaan uang
dari ketiga mazhab ekonomi islam pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam motif
memegang uang. Dalam Islam fungsi permintaan uang hanya dikenal dua motif saja,
yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Karena perbuatan yang mengarah kepada
motif spekulasi dilarang dalam islam maka instrumen moneter yang ada
dihindarkan dari penggunaan variabel yang akan mengarahkan kepada motif
spekulasi. Keberadaan instrumen pengganti suku bunga di arahkan penggunaannya
terhadap uang yang memilki tujuan yang berifat penting dan mendesak serta
investasi yang produktif dan efisien. Walaupun ada persamaan dalam motif untuk
memegang uang, namun penggunaan variabel penjelas yang digunakan diantara
ketiga mazhab adalah berbeda.[3]
Dalam motif dari
permintaan uang berdasarkan konvesional dan berdasarkan islam sehingga terdapat
muncul pebedaan yang terdapat pada keduanya, dalam pembahasan ini akan dikupas
sesuai dengan judul makalah ini perbandingan antara keduanya.
PEMBAHASAN
Motif Permintaan Uang dalam
Konvensional.
M V= P T
|
Kemudian dalam versi
lain volume barang yang diperdagangkan (T) diganti dengan output riil (O)
sehingga persamaan tersebut menjadi :
M P = P O = Y
|
Dalam teori
kuantitas ini Irving Fisher mengamsumsikan bahwa keberadaan uang pada
hakikatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang
tidak dipengaruhi oleh suku bunga akan tetapi besar kecilnya uang akan
ditentukan oleh kecepatan perputaran uang (velocity of money).
Pada saat hampir
bersamaan,Marshal dan Pigou dari universitas cambridge juga mengembangkan
formulasi yang hampir sama, namun pada hakikatnya berbeda. Formulasi teori
kuantitas versi cambridge seperti tersebut dibawah ini:
M = k P O
M
= k.Y
mm
m
|
Md = k P O = k Y
|
Secara sistematik,
formula Marshal ini sama dengan formula Irving Fisher, namun mempunyai filosofi
yang berbeda. Marshal-figou menyatakan bahwa keberadaan k sebagai turunan dari
1/v merupakan tingkat keinginan seseorang untuk menyimpan sebagian kekayaannya
dan penyimpanan uang adalah satu kekayaaan yang dimiliki oleh seorang individu.
Oleh karena itu, ia menganggap bahwa uang adalah salah satu cara untuk
melakukan penyimpanan kekayaan, sehingga keberadaan uang dalam teori cambridge
adalah stock concept.
Karena uang juga
difungsikan sebagai alat untuk menyimpan kekayaan (stote of wealth),
maka seorang individu akan menentukan individual choice-nya didalam
memelihara komposisi kekayaan yang dimilikinya, apakah akan disimpan dalam
wujud bonds, di stock, atau di money dan lain-lain. Dalam perkembangannya teori
cambridge kemudian dijabarkan oleh keynes. Penjebaran keynes kemudian
melahirkan Mazhab keynesian ini pada dasarnya adalah penjabaran dari individual
choice versi Marshal pigou. (2) teori
permintaan uang keynes, penjabaran keynes tentang individual choice
Marshall-pigou adalah keinginan seseorang untuk mengatur uang atau asetnya yang
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: Money demand for transaction ditentukan
oleh tingkat pendapatan, Money demand for precautionary ditentukan oleh
tingkat pendapatan , Money demand for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Secara matematis dirumuskan:
Mdtr = f (Y)
Mdpre
= f (Y)
Mdsp
= f (Y)
= P T
|
Menurut keynes
besarnya permintaan uang dapat dikelompokan dalam tiga motif, yaitu: (a) motif
transaksi ( transactionary motive), yang merupakan permintaan uang yang
timbul karena adanya kebutuhan untuk membayar transaksi biasa. Fungsi uang alam
motif pertama ini lebih berfungsi sebagai medium of exchange dari
transaksi keuangan rumah tangga, industri ataupun pemerintah untuk semua barang
dan jasa dalam jangka pendek. Secara agregat kebutuhan untuk transaksi dapat
dikelompokkan untuk memenuhi dari transaksi di komsumsi, investasi,
ekspor-impor dan pengeluaran pemerintah. Kapasitas untuk memnuhi kebutuhan
transaksi dalam jangka pendek relatif sedikit dibandingkan dengan motif yang
lain, (b) motif berjaga-jaga (precautionary motive), permintaan akan uang untuk
tujuan memenuhi kemungkinan-kemungkinan
yang tidak terduga, [4]
Disamping untuk membiayai transaksi uang diminta pula oleh masyarakat untuk
menghadapi keadaan kesusahan atau masalah penting lain di masa depan. Uang yang
disisahkan untuk tujuan ini dinamakan permintaan uang untuk berjaga-jaga. Masa
depan adalah masa adalah keadaan yang tidak boleh diramalkan. Ada kalanya masa
dean lebih baik dan ada kalanya masa depan akan sangat buruk. Untuk menghadapi
masa depan yang tidak menentu,sebagian masyarakat meminta uang untuk
menghadapai masa depan yang tidak menentu. Seperti ada anggota keluarga yang
sakit,kehilangan pekerjaan dan kehilangan kemampuan untuk bekerja. Disamping
itu uang digunakan untuk mewujudkan kesejahtraan keluarga yang lebih baik.[5] (c) motif spekulatif (speculative motive),
atau kebutuhan untuk memenuhi kemungkinan yang tak terduga, motif ini lebih
bersifat untuk mendapatkan keuntungan dari adanya peluang dalam pasar komoditi,
stock market, financial market, dan foreig exchange. Namun tidak semua pelaku
ekonomi akan menciptakan kebutuhan ketiga ini.
Dari motif ketiga
inilah suku bunga sebagai biaya opportunity muncul, dimana semakin tinggi suku
bunga maka semakin rendah permintaan uang untuk spekulatif begitu juga
sebaliknya. Alasannya adalah: pertama, apabila tingkat suku bunga
tinggi, berarti biaya alternatif untuk memegang uang adalah tinggi. Biaya
alternatif yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan akan saldo spekulatif
berkurang. Sebaliknya semakin kecil tingkat suku bunga maka, semakin besar
keinginan masyarakat untuk keuntungan dari peluang pasar komoditi, stock
market, finacial market, dan lain-lain akan menjadi murah. Dengan demikian,
masyarakat akan cenderung lebih berani untuk menambah saldo spekulatif. Kedua,
hipotesis keynes bahwa masyarakat menganggap adanya tingkat suku bunga
normal. Tinggat bunga normal artinya suatu tingkat dimana suku tidak akan
berada pada level irasional, sehingga setiap kali ada perubahan bunga maka
diharpkan akan kembali pada level yang dianggap wajar. Tingkat bunga normal
pada level yang rendah mengakibatkan perrmintaan uang akan menjadi elastis
sempurna atau terjadinya fenomena likuiditi trap. Pada kondidi likuiditi
trap masyarakat tidak akan memegang kekayaannya dalam surat berharga sehingga
semuanya akan diwujudkan dalam bentuk uang kas.
Permintaan uang
merupakan permintaan akan saldo riil, dimana permintaan seseorang untuk saldo
riil tidak berubah apabila harga berubah. Permintaan uang untuk saldo riil/real
belances (Md/P) ditentukan oleh besarnya pendapatan riil (Y) serta biaya
opportunity yaitu suku bunga (r) sebab, permintaan uang untuk spekulasi
merupakan bagian dari kekayaan total atau sering disebut sebagai “ asset
demand for mone”, maka secara matematis formula keynes untuk permintaan
uang dapat dituliskan sebagai berikut:
Md = ƒ(Y; r)
P
Md
=[ kY
+ λ(r) w] P
|
Karena analisis
keynes adalah analisis jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah,
sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
Md
= kY
+ λ(r)
|
Md/P
berbading lurus dengan riil income (Y) dan berbandig terbalik dengan suku bunga
(r). Alam teori keynes, kedua variabel ini merupakan sentra pokok dalam
penentuan besarnya permintaan uang yang diharapkan akan mampu membawa
perekonomian dalam pengalokasiansumber daya yang efesien, investasi yang
produktif dan terealisasikannya kesejahteraan sosial.
Kurva
permintaan uang untuk spekulasi bersifat elastis dengan kemiringan negatif ke
kanan. Sehingga hubungan antarabesarnya permintaan uang untuk motif spekulasi
ini berbanding terbalik dengan tingginya tingkat suku bunga. Dengan demikian,
adanya mis-alokasi permintaan uag yang diarahkan kepada motif berspekulasi
semata-mata haya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga. Penghapusan secara
revolusioner dari keberadaan bunga akan menghilangkan motif permintaan uang
untuk spekulasi dan akan mengantarkan keseimbangan moneter tercipta hanya dari
pertemuan money supply dengan money
demand for transaction[6]
Dalam ekonomi modern,di mana institusi
keuangan sudah berkembang, masyarakat menggunakan pula uangnya untuk tujuan
spekulasi,yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga
seperti obligasi pemerintah,saham perusahaan dan treasury bill. Dalam
menggunkan uang untuk tujuan spekulasi ini,suku bunga atau dividen yang
diperoleh dari memiliki surat-surat berharga tersebut sangat penting dalam
menetukan menentukan besarnya jumlah uang yang diminta. Apabila suku bunga
ataau dividen surat-surat berharga itu tinggi,masyarakat akan menggunakan untuk
membeli surat-surat berharga tersebut. Akan tetapi apabila suku bunga dan
tingkat pengembalian modal rendah,mereka akan lebih suka menyimpan uangnya
daripada membeli surat-surat berharga.[7]
Masyarakat
meminta (memegang) uang adalah untuk tiga tujuan yaitu untuk tujuan transaksi,untuk
tujuan berja-jaga dan untuk spekulasi. Memegang untuk membayar transaksi
merupakan tujuan megang uang yang paling penting. Tinggi rendahnya permintaan
uang tergantung pada frekuensi transaksi perdagangan dan jasa.[8]
Teori Permintaan
Uang dalam Islam.
Dalam Teori
Permintaan uang dalam islam terdapat tiga mashab yang menjelaskannya: (1)
Permintaan uang Mazhab Iqtishaduna. Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua
tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Secara
matematik formula permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut:
Md = Mdtrans
+ Mdprec
|
Permintaan uang
untuk transaksi merupaka fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka permintaan
uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga aka meningkat.
Fungsi permintaan
uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga permintaan uang untuk investasi
dan tabungan). Ditentukan oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk
pembelian barang tidak tunai.[9] (2)
Mazhab Mainstrem, seperti halnya pada mazhab pertama dimana permintaan uang
dalam islam hanya dikategorikan dalam dua hal yaitu permintaan uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga. Perbedaan baru terlihat diantara mazhab ini setelah
kita membicarakan bagaimana perilaku permintaan uang untuk motif berjaga-jaga
dalam islam dan pariabel apa yang mempengaruhi motif berjaga-jaga ini.
Landasan pilosofi
dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam mengarahkan sumber-sumber
daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efesien. Pelarangan hoarding
money atau penimbunan kekayaan merupakan kejahatan penggunaan uang yang
harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur
merupakan strategi utama yang digunakan oleh mazhab ini. Dues of idle cash atau
pajak atas aset produktif yang menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap
sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.
Pengenaan kebijakan
ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin
tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang di anggurkan maka
permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana dapat
dianalogikan sebagai berikut, ahmad yang memiliki kekayaan berupa tanah dan
kemudian tanah tersebut hanya dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai tambah
dari kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan terhadap ahmad agar tanah
tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong ahmad untuk bersedia mengelola
kekayaannya pada kegiatan yang produktif. Instrumen yang digunakan adalah pajak
terhadap pengangguran tanah tersebut. Sehingga ahmad akan terkena risiko
pembayaran pajak apa bila tanah miliknya tetap ianggurkan.
Secara matematis,
pemintaan uang untuk mazhab kedua ini dapat dirumuskan sebaai berikut:
Md = Mdtrans + Mdprec
Mdtrans = ƒ (Y)
Mdprec&inv= ƒ (Y, µ)
|
Tingkat dues of
idle fuend diwkil oleh nilai µ,semakin tinggi tingkat nilai µ maka semakin
kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat µ yang
tinggi biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap uang
kas tersebut menjadi naik.dalam kondisi seperti ini seseorang akan berusaha
memperkecil pajak yang dia bayarka kepada pemerintah dengan cara
mengurangi kekayaan yang idle.begitu
juga sebaliknya apabila nilai µ relatif rendah,maka memegang atau menyimpan
uang kas relatif tidak memiliki risiko yang tinggi.
Tinggi rendahnya
tingkat risiko menyimpan uang kas (Ω) dipengaruhi oleh besarnya dues of idle
fund (µ) dikurangi dengan risiko investasi (ѱ).
Ω = µ -ѱ
|
Dalam persamaan
dibawah ini kita dapat tuliskan bahwa variabel pendapatan (Y) berbanding
positif dengan banyaknya permintaan uang dan berbanding terbalik dengan nilai
pajak yang dikenakan terhadap aset atau kekayaan yang dianggurkan (µ).
Md = ƒ (Y+, µ -)
|
(3)
Mazhab Alternatif,permintaan uang dalam mazhab ketiga ini,sangat erat kaitannya
dengan konsep endogenois uang dalam islam.
Teori endogenous dalam islam secara sederhana dapat diartikan bahwaa keberadaan uang pada
hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi yang ada dalam sektor
riil. Teori inilah yang kemudian menjebatani dan tidak mendikotomikan antara
pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor
riil.
Islam menganggap
bahwa perubaha nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan semata-mata pada
perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan
secara ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehingga tidak selalu nilai
uang harus bertambah walau waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya
akan tergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara
makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi dari
perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep inilah yang kemudian
menjadikan landasan sistem moneter Islam selalu berpijak pada sektor
mikroekonomi.
Permintaan uang menurut
M.A choudhury adalah representasi dari keseluruhan kebutuhan transaksi dalam
sektor riil. Semakin tinggi kapasitas dan volume sektor riil meningkat, maka
permintaan uang pun akan meningkat. Variebel-variabel yang memengaruhi
permintaan uang meliputi varibel-variabel sosio-ekonomi (X), kebijakan
pemerintah dalam regulasi ekonomi (Y), dan informasi objektif masyarakat akan
kondisi riil perekonomian. Tidak seperti halnya teori exogenous, uang pengaruhi
odalam literatur konvensional dianggap bahwa permintaan ang dan penawaran uang
dipengaruhi oleh suku bunga. Permintaan uang dan penawaran uang dalam mazhab
ini dipengaruhi oleh besarnya profit sharing atau expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected
rate of profit ini merupakan
representasi dari prospek pertumbuhan ekonomi aktual ekonomi.
Expected
rate of profit merupakan harapan
keuntungan yang bisa didapatkan dari menginvestasikan uang di sekto riil.
Peningkatan investasi berarti penurunan permintaan uang kas yang disimpan.
Apabila expected rate of profit yang akan didaptkan dari kegiatan
investasi di sektor riil meningkat, maka penawaran investasi juga akan
meningkat. Tingginya penawaran investasi akan menyebabkan penurunan jumlah uang
kas riil yang dipegang masyarakat. Artinya penigkatan expected rate of
profit menjadikan orang berkeyakinan bahwa pemegang uang kas yang berlebih
mengandung kerugian akan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan
bisnis. Akibatnya, seseorang akan menyesuaikan berapa besar permintaan uang kas
riil yang dipegang terhadap besarnya expected rate of profit.
Permintaan uang
sebagai manifestasi dari aktual kapasita transaksi sektor riil adalah
penjumlahan dari totalpermintaan uang oleh individu atau lembaga keuangan:π
mewakili tingkat keuntungan, y adalah pendapatan riil, p adalah tingkat
harga-harga atau inflasi, rb menunjukkan ratio profit-sharing antara shahibul mal dan mudharib dalam bentuk bank (b) atau
lembaga keuangan (b). S adalah total keuangan pengeluaran nasional. R= reserve
requirement yang dikeluarkan oleh bank sentral kepada bank-bank umum. Variabel
bebas y, pendapatan riil yang dimiliki oleh seorang individu akan berhubungan
secara positif dengan banyaknya permintan uang. Sedangkan variabel independent
p, dimana p adalah harga-harga atau inflassi mempunyai hubungan yang berbanding
terbalik dengan banyaknya permintaan uang. Semain tinggi harga barang secra
umum/inflasi, maka orang akan cenderung memilih untuk menyimpan uangnya dalam
bentuk barang. Sehingga, ketika inflasi meningkat, maka permintaan uang akan
turun. Bersamaan dengan itu, permintaan akan kepemilikan barang akan meningkat.
S, sebagai variabel pengeluaran nasional berhubungan secara positif dengan
permintaan uang. Sedangkan X, dan Y, masing-masing adalah variabel untuk
sosio-ekonomi dan kebijakan pemerintah. Ө sebagai induced-knowledge adalah
pengetahuan masyarakat akan kondidi objektif dari tiap-tiap variabel. Kualitas
pengethuan ini akan berpengaruh terhadap besaran permintaan uang yang
diinginkan oleh seorang pelaku ekonomi. [11]
Perbandingan
Permintaan Uang Antara Konvensional Dan Islam
Berdasarkan
pembahasan sebelumnya didalam motif permintaan uang konvensional terdapat tiga
motif yaitu: (a) motif transaksi (transactionary motive), (b) motif
berjaga-jaga (precautionary motive), dan (c) motif spekulatif
(speculative motive), sedangkan motif
permintaan uang dalam islam hanya dua saja yaitu motif transaksi dan motif bserjaga-jaga. Sehingga muncul perbedaan
diantara konvensional dan islam.
Spekulasi dalam pengertian keynes, tidak
pernah ada dalam ekonomi islam , karena permintaan uang dalam untuk spekulasi
ditentukan oleh besar tingkat suku bunga yang ditawarkan.[12] Dalam
teori keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulatif akan uang pada
dasrnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (the teory of luquidity preference),pergerakan
suku bunga refleksi pergerakan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi
permintaan uang untuk spekulatif maka semakin rendah tingkat bunga yng berlaku
dipasar. Begitu juga sebaliknya, apa bila permintaan spekulatif menurun maka
tingkat suku bunga akan relatif meningkat. Penghapusan suku bunga dan adanya
kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang menanggur dalam manajemen
moneter islam akan menghilangkan insentif orang untuk memegang uang yang
menganggur (idlefun).[13]
Sehingga permintaan uang untuk tujuan spekulasi menjadi nol dalam ekonomi
islam. Oleh karena itu permintaan uang dalam ekonomi islam berhubungan dngan
tingkat pendapatan. Keperluan uang tunai yang dipegang dalam jangka waktu penerimaan
pendapatan dan pembayarannya. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan
dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Jika seseorang menerima
pendapatan dalam bentuk uang tunai dan dalam waktu bersamaan dikeluarkan juga
secara tunai, maka tidak perlu memegang uang untuk tujuan transaksi. Disini
tidak ada interval waktu untuk menjembatanginya. Dalam hubungannya dengan
kebutuhan pribadi, sesungguhnya persediaan uang tunai yang dipegang akan lebih
besar dari proporsi dalam interval antara penerimaan dan pendapatan. Seorang
yang mendapat bayaran bulanan akan memerlukan persediaan uang tunai yang
rata-rata lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang mendapat bayaran
harian, dengan asumsi bahwa perilaku konsumsi mereka sama.
Analisis yang sama
dapat digunakan untuk perusahaan yang memerlukan uang tunai sebagai penghubung
antara pengeluaran bahan baku dan peneriamaan dari penjualan produk dalam
bentuk tunai. Kebutuhan uang tunai tersebut akan berubah dalam interval waktu
dan tingkat aktivitas usaha. Pembayaran dari seorang pengusaha kepada pengusaha
yang lain akan berubah menurut tingkatan proses produksi dan tingkat integrasi
dalam perekonomian dengan anggapan hal-hal lain tetap, meningkatkan integrasi
ini, menurunka permintaan uang tunai.
Motivasi muncul
karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai diluar apa
yang diperlukan untuk transaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai
kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian dimuka.
Namun bagi seorang
muslim, tedensi memegang uang tunai untuk motivasi berjaga-jaga amat terbatas. [14]Atau
dengan kata lain untuk berjaga-jaga hanya dibenarkan dengan jumlah yang
terbatas. Terbatasnya jumlah uang untuk berjaga-jaga ini tidak terlepas dari
kepercayaan seorang muslim akan janji Allah di Al-Quran bahwa Allah akan
menjami rezeki mereka. Bahkan, Rasulullah mencontohkanlewat sikapnya yang tidak
pernah menyimpan sesuatu apapun. Bahkan dalam dalam suatu hadist dikatakan
bahwa Rasulullah tidak bisa tidur jika terdapat uang dinar di kantongnya. [15]
Jumlah uang tunai
yang diperlukan dalam ekonomi islam hanya berdasarkan motivasi untuk transaksi
dan berjagajaga merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu
di atas yang telah di tentukan zakat atas aset yang kurang produktif. [16]
Permintaan uang dari ketiga mazhab ekonomi Islam pada dasarnya memiliki
kesamaan dalam motif memegang uang. Dalam Islam, teori yang
berkembang saat ini, fungsi permintaan uang hanya terdiri dari dua motif saja, yaitu motif transaksi dan motif berjaga-jaga. Sedangkan permintaan uang untuk motif spekulasi, menurut ketiga mazhab tersebut dilarang. Oleh sebab itu instrumen moneter yang ada dihindarkan dari penggunaan variabel yang akan mengarah kepada motif spekulasi. Keberadaan instrumen pengganti suku bunga diarahkan penggunaannya terhadap uang yang memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan efisien. Walaupun ada persamaan dalam motif untuk memegang uang, namun penggunaan variabel penjelas yang digunakan diantara ketiga mazhab adalah berbeda. Mazhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Sedangkan mazhab ketiga
menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan variabel yang mempengaruhinya adalah: variabel kebijakan pemerintah, variabel sosio ekonomi, knowledge-induced variabel. Instrumen yang digunakan sebagai financial intermediary adalah profit sharing atau expected rate of profit. [17]
berkembang saat ini, fungsi permintaan uang hanya terdiri dari dua motif saja, yaitu motif transaksi dan motif berjaga-jaga. Sedangkan permintaan uang untuk motif spekulasi, menurut ketiga mazhab tersebut dilarang. Oleh sebab itu instrumen moneter yang ada dihindarkan dari penggunaan variabel yang akan mengarah kepada motif spekulasi. Keberadaan instrumen pengganti suku bunga diarahkan penggunaannya terhadap uang yang memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan efisien. Walaupun ada persamaan dalam motif untuk memegang uang, namun penggunaan variabel penjelas yang digunakan diantara ketiga mazhab adalah berbeda. Mazhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Sedangkan mazhab ketiga
menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah satu fungsi yaitu M, dan variabel yang mempengaruhinya adalah: variabel kebijakan pemerintah, variabel sosio ekonomi, knowledge-induced variabel. Instrumen yang digunakan sebagai financial intermediary adalah profit sharing atau expected rate of profit. [17]
PENUTUP
Berdasarkan materi
diatas motif permintaan uang dalam konvensional terdapat 2 , yaitu : (1) Teori
permintaan uang klasik, tercermin dalam teori kuantitas uang. Dan (2) Teori permintaan
uang keynes, yang pada teori ini memiliki tiga motif yaitu, motif transaksi (transactionary
motive), motif berjaga-jaga (precautionary motive), dan motif spekulatif (speculative
motive).
Di dalam Pembahasan
permintaan uang dalam Islam terdapat tiga mazhab yaitu: (1) Permintaan uang
Mazhab Iqtishaduna. Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok,
yaitu transaksi dan berjaga-jaga. (2) Mazhab Mainstrem, seperti pada mazhab
sebelumnya mazhab Mainstrem juga menjelaskan 2 motif permintaan uang dalam
islam yaitu, transaksi dan berjaga-jaga. (3) Mazhab Alternatif, permintaan uang
dalam mazhab ketiga ini,sangat erat kaitannya dengan konsep endogenois uang
dalam islam. Teori endogenous dalam
islam secara sederhana dapat diartikan
bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi
yang ada dalam sektor riil.
Pada pembahasan
terakhir dalam makalah ini yaitu perbandingan motif permintaan uang antara
Konvensional dengan Islam dapat disimpulkan bahwa Islam tidak membenarkan motif
spekulasi , karena permintaan uang dalam untuk spekulasi ditentukan oleh besar
tingkat suku bunga yang ditawarkan, sehingga permintaan uang untuk tujuan
spekulasi menjadi nol dalam ekonomi islam. Motif berjaga-jaga, meskipun
dibenarkan namun tidak berlebihan dari perkiraan biaya transaksi yang mungkin
akan muncul. Atau dengan kata lain untuk berjaga-jaga hanya di benarkan dengan
jumlah yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A.Karim,
Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Adiwarman Azwar
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT.Raja Gafindo Persada,
2012.
Karim, Adiwarman A, “Ekonomi Mikro Islam”,
(Jakart: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
M. Nur Rianto
Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Solo: PT ERA ADICETRA INTERMEDIA,
2011.
Misanam, Munrokhim, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2009.
Munrokhim
Misanam, dkk., Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008).
Muhammad,
Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004).
Nurul Huda, Ekonomi
Makri Islam, Jakarta: Kencana, 2009.
Sadono Sukirno, Makroekonomi
Teori Pengantar, Jakarta:Rajawali Pers,2010.
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi
(Jakarta: Rajawali Press, 2002).
[4] Ibid.,
h. 181
[5] Sadono Sukirno,
Makroekonomi ..., h. 301.
[6] Adiwarman A.
Karim, Ekonomi Makro.. , h. 182
[7] Sadono Sukirno,
Makro Ekonomi...., h. 301.
[8] Adiwarman
Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: PT.Raja Gafindo
Persada, 2012), h.164.
[9] Adiwarman A.
Karim, Ekonomi Makro... , h. 187.
[10] Ibid,
h. 189
[11] Ibid,
h. 191
[12] M. Nur Rianto
Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam (Solo: PT ERA ADICETRA INTERMEDIA,
2011), h. 121.
[13] M. Nur Rianto
Al-Arif, Dasar-dasar..., h. 198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar